Salah satu sumber energy yang agak permanen adalah geotermal, yaitu energy panas yang di hasilkan dari perut bumi. Jauh di permukaan bumi terdapat sumber panas yang sangat tinggi sehingga batuan, bahkan semua semua benda berubah menjadi cair.
Geotermal
Indonesia merupakan salah satu penghasil energy panas bumi atau geotermal terbesar di dunia, karena memiliki 28,5 GWe (Giga Watt electrical) yang terdiri dari 11.073 MW dan reverses 17.453 MW berdasarkan dari data Geologi ESDM.
Sumber daya energi panas bumi dapat digunakan secara langsung maupun tidak langsung. Energi yang digunakan merupakan hasil konversi dalam bentuk uap dan panas. Energi panas bumi yang digunakan secara langsung disebut direct use sedangkan energi panas bumi yang berupa konversi dalam bentuk listrik merupakan hasil konversi uap. Direct use memanfaatkan panas secara efisien dan pembiayaannya jauh lebih kecil dibandingkan pembangkit listrik.
Sumber Geotermal di Indonesia
Di Indonesia pembangkit listrik tenaga panas bumi baru terlaksana pada tahun 1983 di Kamojang dengan potensi sebesar 30 MW. Selanjutnya mulai didirikan PLTP lainnya seperti di G.Salak, Sibayak, Darajat, Dieng, Wayang Windu dan Lahendong. Hingga saat ini baru 1189 Mw listrik yang telah diproduksi dari tujuh lapangan. Ketujuh lapangan panas bumi tersebut adalah Sibayak (12 MW), G. Salak (375 MW), Kamojang (200 MW), Darajat (255 MW), Wayang Windu (227 MW), Dieng (60 MW), dan Lahendong (60 MW).
Magma
Batuan cair yang bersuhu tinggi dinamakan Magma. Magma slalu memanasi kerak bumi sehingga temperatur lapisan kulit keras baja (25 sampai 50km) sekitar 200 - 1.000 derajat celcius. Sementara itu, pada pusat bumi (6.378km) temperatur berkisar 3.500 - 4.500 derajat celcius. Dan pada kedalaman 10 meter, orang akan mulai merasakan suhu udara yang bertambah panas.
Posisi Kepulauan Indonesia yang terletak pada pertemuan antara tiga lempeng besar (Eurasia, Hindia Australia, Pasifik) dan memiliki tatanan tektonik yang kompleks. Subduksi antar lempeng benua dan samudra menghasilkan suatu proses peleburan magma dalam bentuk partial melting. Batuan mantel dan magma mengalami diferensiasi pada saat perjalanan ke permukaan, proses tersebut membentuk kantong – kantong magma (silisic / basaltic) yang berperan dalam pembentukan jalur gunung api yang dikenal sebagai lingkaran api (ring of fire). Munculnya rentetan gunung api Pasifik di sebagian wilayah Indonesia beserta aktivitas tektoniknya dijadikan sebagai model konseptual pembentukan sistem panas bumi Indonesia.